Kurikulum Merdeka telah menghasilkan konsep pendidikan yang baru yang telah diterangkan pada laman https://www.kemdikbud.go.id/ . Salah satu produknya adalah Penyelenggaraan UN diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang difokuskan pada literasi dan numerasi. Dengan mengukur kompetensi yang bersifat mendasar (bukan konten kurikulum atau pelajaran), pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa guru diharapkan berinovasi mengembangkan kompetensi siswa melalui berbagai pelajaran melalui pengajaran yang berpusat pada siswa.
Kepala SMA Islam Kepanjen, Irwan Farudy, S.Pd menyikapi hal tersebut dengan membuat program literasi dan numerasi bekerja sama dengan pustakawan Perpustakaan SMA Islam Kepanjen. Dengan memanfaatkan kanvas bekas dari hasil pembelajaran Seni Budaya, program ini dapat terlaksana dengan baik.
Bagaimana kanvas bekas ini menjadi media program literasi dan numerasi? Berikut adalah penjelasannya. Jadi, ada banyak kanvas bekas yang lukisannya sudah pudar di gudang sekolah. Menurut Waka Sarpras, Pak Bagus Prihandoko, S.Pd, kanvas tersebut sudah tidak dipakai lagi.
Dengan memanfaatkan kanvas sebagai media, pustakawan membentuk tim yang beranggotakan para siswa SMA Islam Kepanjen membuat kata-kata motivasi yang di screen print menggunakan sablon polyflex. Hal ini sangat bagus dan sesuai dengan kompetensi siswa karena SMA Islam Kepanjen merupakan sekolah dengan program double track / Empowering dimana terdapat jurusan desain grafis. Pada pembelajaran emporwering tersebut, siswa diajarkan untuk bisa menyablon kaos dan menggunakan mesin cutting.
Dengan memanfaatkan media kanvas bekas dan kain yang disablon kata-kata motivasi dengan gaya dan desain typography yang menarik, program literasi dan numerasi berhasil dengan sukses dilaksanakan walaupun terdapat beberapa kendala. Dampak positif dari produk ini adalah warna dan desain terlihat tajam dan lebih awet, namun kelemahannya adalah pada proses pembuatannya yang memerlukan waktu yang lama.