Banyak masyarakat yang masih menganggap perpustakaan adalah gudang buku yang terletak di sudut gedung atau sudut ruangan yang kadang suram dengan petugas yang tampak kurang bersahabat. Semua anggapan itu tidaklah benar. Kenyataannya, mereka yang menganggap sedemikian rupa tidak pernah benar-benar berkunjung ke perpustakaan. Mungkin beberapa dekade ke belakang, masyarakat kurang begitu akrab dengan perpustakaan karena masalah keterbatasan akses, layanan yang kurang prima, dan informasi dari koleksi perpustakaan masih dirasa bukan kebutuhan utama masyarakat.
Namun seiring perjalanan waktu, sebenarnya perpustakaan pernah mengalami beberapa pergeseran konsep. Konsep perpustakaan yang pertama terjadi di era revolusi industri 1.0 yang dikenal sebagai konsep library 1.0. Pada konsep ini, perpustakaan berjalan dengan sistem konvensional dan dengan pelayanan manual yang berorientasi buku. Pada konsep ini, perpustakaan menganggap semakin banyak koleksi di perpustakaan maka pemustaka akan merasa puas. Konsep perpustakaan yang kedua terjadi di era revolusi industri 2.0 yang dikenal sebagai konsep library 2.0. Pada konsep ini, perpustakaan sudah mulai menggunakan sistem otomasi yang memudahkan penelusuran. Selain itu, orientasi perpustakaan bergeser menjadi user oriented atau berorientasi pengguna. Pada konsep ini, perpustakaan menganggap kepuasan pemustaka dapat terpcapai apabila koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan mereka. Selanjutnya bergeser ke era revolusi industri 3.0 dengan konsep library 3.0 yang merupakan upgrade dari konsep sebelumnya dengan penambahan pengunaan database. Sekarang, perpustakaan memasuki era revolusi industri 4.0, perpustakaan sudah berbasis user empowerment atau pemberdayaan pemustaka (Rodin dan Mulliati, 2019).
Tidak lama saat kemunculan era revolusi industri 4.0, dunia digemparkan dengan wabah Corona Virus Disease 19 atau yang biasa disingkat Covid-19 yang berdampak sangat besar pada setiap bidang kehidupan masyarakat salah satunya pada bidang perpustakaan. Kebijakan lock down mengakibatkan adanya penutupan akses pengunjung perpustakaan baik perpustakaan umum, sekolah, maupun perguruan tinggi. Kebijakan lock down diberlakukan membuat sekolah – sekolah diliburkan hingga waktu yang tidak pasti. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi perpustakaan untuk membangun sebuah paradigma perpustakaan yang sesuai dengan konsep perpustakaan 4.0 atau library 4.0 (Mathar 2020).
Paradigma perpustakaan bergeser sedikit demi sedikit dibarengi dengan penerapan dan penyesuaian teknologi informasi di perpustakaan. Namun, masih banyak perpustakaan yang masih minim perhatian terutama perpustakaan sekolah di daerah – daerah yang masih menggunakan sistem konvensional. Padahal, indeks kegemaran membaca Indonesia secara konsisten mengalami kenaikan sedikit demi sedikit dari tahun 2016 – 2020. Menurut data, pada tahun 2020, rata-rata kegiatan membaca masyarakat Indonesia empat kali dalam sepekan dengan durasi membaca rata-rata sekitar 1 jam 36 menit per hari. Adapun, jumlah buku yang dibaca rata-rata dua buku per tiga bulan (Jarot, 2021). Kondisi seperti ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai momen yang bagus untuk membangun paradigma dan konsep perpustakaan 4.0. Lalu bagaimana cara membangun paradigma tersebut?
Perpustakaan dapat mengikuti alur atau arus perubahan yang kini tengah terjadi. Apa yang sekarang sedang terjadi? Yang terjadi adalah perpustakaan memasuki era disrupsi. Dikatakan sebagai era disrupsi karena dunia dihadapi oleh 2 hal yang disruptif yaitu perkembangan teknologi dan adanya virus corona. Disrupsi adalah sesuatu yang tercabut dari akarnya. Jadi, perpustakaan perlu mengganti sistem lama dengan sistem terbaru. Perpustakaan dapat menerapkan konsep perpustakaan berbasis TIK dengan menyediakan koleksi – koleksi digital yang dapat diakses secara daring. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah menerapkan konsep layanan prima. Bagaimana konsep layanan prima?
Layanan prima adalah layanan terbaik yang memberikan kepuasan kepada pengguna perpustakaan. Kepuasan pemustaka dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain empati, jaminan mutu, keandalan, komprehensif, manajerial, dan trendi. Selain itu, pelayanan yang prima menentukan keberhasilan perpustakaan. Maksudnya adalah layanan perpustakaan semata – mata dilayankan hanya kepada pemustaka, sasarannya adalah pengunjung perpustakaan. Oleh karena itu, perpustakaan harus dapat memberikan perhatian penuh kepada pengunjung perpustakaan agar tujuan dari layanan prima tersebut dapat terpenuhi dan pelayanan jasa di perpustakaan menjadi lebih bernilai (Lasa, 2009).
Dewasa ini terdapat beberapa perpustakaan yang mulai muncul dengan membawa konsep perpustakaan 4.0, layanan prima, dan layanan berbasis TIK yang sesuai dengan kebutuhan khususnya untuk perpustakaan umum daerah dan perpustakaan sekolah. Pada tingkat perpustakaan umum, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang dapat dijadikan contoh. Perpustakaan tersebut telah menyediakan platform mobile bernama iMagelang untuk akses koleksi digital dan berbagai layanan literasi (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang, 2021). Pada tingkat perpustakaan sekolah, SMAISAKA L!BRARY atau Perpustakaan SMA Islam Kepanjen dapat dijadikan contoh. Perpustakaan tersebut menyediakan akses koleksi digital yang dapat diakses oleh pemustaka dimana saja dan kapan saja (Fajar, 2021).
Daftar Rujukan
- Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Magelang. 2021. “”iMagelang Siap Menemani”.
Dalam http://disperpusip.magelangkota.go.id/ - Fajar, Chamdi. 2021. “Sikapi Pembelajaran Daring, Perpustakaan SMA Islam Kepanjen
Menyediakan Koleksi Digital Agar Dapat Diakses Dari Rumah”. Dalam
https://blog.smaisakalibrary.my.id/2021/02/02/sikapi-pembelajaran-daring-
perpustakaan-sma-islam-kepanjen-menyediakan-koleksi-digital-agar-dapat-diakses-
dari-rumah/ - Jarot, Dimas Bayu. 2021. “Kegemaran Membaca Penduduk Indonesia Masuk Kategori
Sedang”. Dalam https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/02/04/kegemaran-
membaca-penduduk-indonesia-masuk-kategori-sedang - Lasa Hs. 2009. “Layanan Prima Perpustakaan”. Dalam
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6375/Layanan%20Prima%20Perpus
takaan.pdf?sequence=1&isAllowed=y - Mathar, Taufiq. 2020. “Perpustakaan di Tengah Pandemi Covid-19”. Dalam
http://perpustakaan.uin-alauddin.ac.id/perpustakaan-di-tengah-pandemi-covid-19/ - Rodin, Rhoni dan Mulliati. 2019. “Arah Kebijakan Pengembangan Perpustakaan IAIN Curup
Menghadapi Era Industri 4.0”. Jurnal Al Maktabah Vol. 4, No. 1. Dalam
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/almaktabah/article/download/2037/1681